SIFAT PUASA NABI ﷺ BAG.4

Ilustrasi. Sifat Puasa Nabi bag.4 - www.elssipeduli.id

SIFAT PUASA NABI ﷺ BAG.4 (NIAT DAN WAKTU PUASA RAMADHAN)

Kita ketahui bersama nampaknya hilal di penghujung hari tanggal 29 Sya’ban atau setelah bulan Sya’ban itu sendiri digenapkan menjadi 30 hari sebab tak nampaknya hilal menjadi pertanda masuknya bulan Ramadhan, sehingga sejak itu pada malam harinya sebelum terbit fajar wajib atas setiap mukallaf berniat menjalankan puasa.

NIAT PUASA

Nabi ﷺ bersabda menegaskan puasa Ramadhan wajib dengan niat,

‌مَنْ ‌لَمْ ‌يُبَيِّتِ ‌الصِّيَامَ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَا صِيَامَ لَهُ

Barangsiapa tidak niat melakukan puasa pada malam harinya, maka tidak ada puasa baginya. (Sunan al-Kubro lil Baihaqi)

«‌مَنْ ‌لَمْ ‌يُبَيِّتِ ‌الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ»

Barangsiapa tidak niat melakukan puasa pada sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya. (HR. an-Nasa’i)

الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Semua amal perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan. (HR. Bukhori)

Mengenai puasa Ramadhan, para ulama sepakat wajib diniatkan sejak malam harinya sebelum fajar, sementara puasa tathowu’ atau puasa sunnah boleh diniatkan pada siang harinya, sebagaimana hadits dari Aisyah radhiyallahu’anha,

قَالَتْ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ يَا عَائِشَةُ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عِنْدَنَا شَيْءٌ قَالَ فَإِنِّي صَائِمٌ

Pada suatu hari, Rasulullah ﷺ bertanya kepadaku, “Wahai Aisyah, apakah kamu mempunyai santapan siang?” Aku menjawab, “Tidak, ya Rasulullah.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, aku akan berpuasa.” (HR. Muslim)

Para sahabat juga melakukannya, salah satunya Huzaifah bin Yaman radhiyallahu’anhu,

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ: أَنَّ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، بَدَا لَهُ الصَّوْمُ بَعْدَمَا زَالَتِ الشَّمْسُ فَصَامَ

Dari Abu Abdu Rahman as-Sulami, bahwasanya Huzaifah radhiyallahu’anhu memulai puasa setelah bergesernya matahari dari tengah langit, maka ia pun berpuasa. (Sunan al-Kubro lil Baihaqi Bab Man Dakhola Shoumi at-Tathowu’ Ba’da az-Zawal)

Lihat kegiatan ELSSI: Distribusi Bantuan ke Ponpes Serang Banten

WAKTU PUASA

Dulu para sahabat nabi menjalani puasa dibolehkan makan, minum dan mencampuri istri sebelum tidur, apabila mereka tertidur, hal-hal tadi dilarang atas mereka, hingga Allah Yang Maha Pemurah memberi keringanan.

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ الرَّجُلُ صَائِمًا فَحَضَرَ الْإِفْطَارُ فَنَامَ قَبْلَ أَنْ يُفْطِرَ لَمْ يَأْكُلْ لَيْلَتَهُ وَلَا يَوْمَهُ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنَّ قَيْسَ بْنَ صِرْمَةَ الْأَنْصَارِيَّ كَانَ صَائِمًا فَلَمَّا حَضَرَ الْإِفْطَارُ أَتَى امْرَأَتَهُ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكِ طَعَامٌ قَالَتْ لَا وَلَكِنْ أَنْطَلِقُ فَأَطْلُبُ لَكَ وَكَانَ يَوْمَهُ يَعْمَلُ فَغَلَبَتْهُ عَيْنُهُ وَجَاءَتْهُ امْرَأَتُهُ فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ خَيْبَةً لَكَ فَلَمَّا انْتَصَفَ النَّهَارُ غُشِيَ عَلَيْهِ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةَ {أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ}
فَفَرِحُوا بِهَا فَرَحًا شَدِيدًا {وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْفَجْرِ}

Dari Al Bara` ia berkata, “Adalah para sahabat Nabi ﷺ dahulu, jika di antara mereka puasa dan waktu berbuka telah tiba, namun ia tertidur sebelum berbuka, maka ia tidak makan di malam harinya dan di siang harinya hingga sore hari, dan sungguh Qais bin Shirmah Al Anshari pernah puasa, di saat waktu berbuka tiba, ia mendatangi istrinya lalu bertanya, “Apa kamu punya makanan?” Istrinya menjawab, “Tidak, namun aku akan pergi mencarikan makanan untukmu.” Qais telah bekerja sepanjang hari, lalu ia tertidur, kemudian istrinya datang, saat melihatnya, istrinya berkata, “Kerugian bagimu.” Pada pertengahan siang berikutnya (karena masih harus lanjut puasa) ia pingsan, kemudian hal itu diceritakan kepada Nabi ﷺ lalu turunlah ayat, “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kalian” -maka kaum muslimin pun gembira sekali- “Dan makan minumlah hingga terang bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” QS. Al-Baqarah: 187. (HR. Tirmidzi)

وَكَانَ عُمَرُ قَدْ أَصَابَ مِنَ النِّسَاءِ مِنْ جَارِيَةٍ أَوْ مِنْ حُرَّةٍ بَعْدَ مَا نَامَ، وَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ {أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ} إِلَى قَوْلِهِ {ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ} [البقرة: 187]

Ada juga Umar saat itu menggauli salah satu istrinya yang budak atau wanita merdeka setelah tidur kemudian ia pun mendatangi Nabi ﷺ dan menyebutkan hal itu pada beliau, kemudian Allah pun ‘Azza wa Jalla menurunkan, “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kalian,” hingga firman-Nya, “Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam.” QS. Al-Baqarah: 187 (HR. Ahmad)

Dari hadits-hadits ini kita lihat apa yang dialami Qois dan Umar menunjukkan tahap berpuasa yang masih memberatkan, dan akhirnya Allah menurunkan firman-Nya sebagai rukhsoh (keringanan) bagi kaum muslimin menjalankan puasa sesuai waktu yang telah ditentukan dan melakukan perkara mubah pada malam hari bulan Ramadhan.

Kita tidak perlu khawatir jika telah tiba fajar atau azan telah berkumandang sedangkan di hadapan kita masih terhidang makanan, Nabi menganjurkan untuk melanjutkan dan menyelesaikan hajat kita.

كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا يَهِيدَنَّكُمْ السَّاطِعُ الْمُصْعِدُ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَعْتَرِضَ لَكُمْ الْأَحْمَرُ

Lanjutkanlah makan dan minum dan janganlah kalian tertipu oleh fajar yang berbentuk garis vertikal (fajar kadzib), akan tetapi lanjutkanlah makan dan minum sampai muncul fajar yang terbentang berwarna merah (fajar shadiq). (HR. Tirmidzi)

عَنْ ‌أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمُ النِّدَاءَ وَالْإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ ‌فَلَا ‌يَضَعْهُ ‌حَتَّى ‌يَقْضِيَ حَاجَتَهُ مِنْهُ

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulallah ﷺ bersabda, “Jika salah seorang dari kalian mendengar adzan padahal gelas ada di tangannya, janganlah ia letakkan hingga memenuhi hajatnya.” (HR. Abu Dawud)

Nabi juga menganjurkan bersegera ifthar pada awal malam tiba tanpa menunggu bintang bermunculan.

إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَاهُنَا، وَأَدْ بَرَ النَّهَارُ مِنْ هَاهُنَا، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Jika malam datang dari sini, siang menghilang dari sini dan telah terbenam matahari, telah berbukalah orang yang puasa. (HR. Bukhori)

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَزَالُ أُمَّتِي عَلَى سُنَّتِي مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُّجُومَ» ، ” وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ صَائِمًا أَمَرَ رَجُلًا فَأَوْفَى عَلَى نَشَزٍ، فَإِذَا قَالَ: قَدْ غَابَتِ الشَّمْسُ أَفْطَرَ

Dari Sahl bin Said berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Selalu ada umatku teguh di atas sunnahku, selama mereka tidak menunggu munculnya bintang dalam berbukanya.” Adalah beliau ﷺ jika beliau puasa beliau menyuruh seseorang untuk naik ke suatu ketinggian, jika orang itu berkata, “Matahari telah terbenam”, beliaupun berbuka. (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak)

Jelaslah waktu ibadah puasa itu berkaitan dengan matahari dan fajar. Semoga artikel Sifat Puasa Nabi ﷺ bag.4 memberi sedikit pencerahan, wallahu’alam.


Jika tulisan ini bermanfaat bagi Anda, share! Jangan biarkan terhenti di Anda dan raih pahala dakwah.

Yuk berkontribusi amal baik: Infak Dakwah untuk Santri & Pelajar Pelosok Negeri

Kategori

Yuk sedekah untuk program bermanfaat elssi peduli