WASIAT TSABIT BIN QOIS AL-ANSHORI

Ilustrasi. Wasiat Tsabit bin Qois Al-Anshori. www.elssipeduli.id

WASIAT TSABIT BIN QOIS AL-ANSHORI

SETELAH KEMATIANNYA

Tsabit bin Qois Al-Anshori adalah seorang pemuka Khazraj yang terpandang dan pemuka kota Yatsrib (Madinah). Beliau adalah salah seorang penduduk Yatsrib yang lebih dahulu masuk Islam. Begitu Rosululloh ﷺ tiba di Madinah, Tsabit bin Qais menyambut Beliau bersama dengan serombongan besar penunggang kuda dari kaumnya dengan sebuah penyambutan yang mulia.

Tsabit lalu berkhutbah di hadapan Rosululloh ﷺ dengan berkata: “Kami berjanji kepadamu wahai Rosululloh untuk melindungi dirimu sebagaimana kami melindungi diri kami, anak-anak kami dan istri-istri kami. Apa balasannya bagi kami?” Rosululloh ﷺ langsung menjawab: “Balasannya adalah surga.” Begitu kata ‘surga’ hinggap di telinga mereka, maka menjadi cerialah wajah mereka karena merasa bahagia, dan mereka berkata: “Kami rela, ya Rosululloh. Kami rela, ya Rosululloh!” Sejak saat itu Rosululloh ﷺ menjadikan Tsabit bin Qais menjadi khotib Beliau, sebagaimana Beliau juga menjadikan Hassan bin Tsabit sebagai penyair beliau. Maka jika Rosululloh ﷺ kedatangan para utusan bangsa Arab untuk mengajak Rosululloh ﷺ bertanding dengan bahasa Arab yang fasih lewat para orator dan penyair mereka, maka Rosululloh ﷺ akan meminta Tsabit bin Qois untuk berhadapan dengan para orator tadi, sedangkan Hassan bin Tsabit untuk menghadapi para penyairnya.

Tsabit bin Qais adalah seorang yang memiliki iman dan ketakwaan yang mendalam. Rosululloh ﷺ pernah mendapatinya suatu hari sedang ketakutan dengan dadanya yang gemetar. Rosululloh ﷺ bertanya kepadanya: “Apa yang terjadi denganmu, wahai Abu Muhammad (panggilan Tsabit bin Qais)?”. Ia menjawab: “Aku takut kalau aku binasa, ya Rosululloh.” Rosululloh bertanya: “Memangnya kenapa?” Ia menjawab: “Alloh ﷻ telah melarang kita untuk suka dipuji atas apa yang belum kita perbuat, dan aku dapati diriku adalah orang yang suka dipuji. Alloh juga melarang kita untuk sombong, dan aku dapati diriku adalah orang yang terlalu percaya diri.”

Rosululloh terus berusaha untuk menenangkan kesedihan Tsabit, beliau bersabda: “Wahai Tsabit, apakah engkau tidak rela bila engkau akan hidup mulia, mati sebagai syahid dan masuk surga?” Maka berserilah wajah Tsabit dengan kabar gembira ini, ia langsung berkata: “Tentu aku rela, ya Rosululloh…!” Rosululloh ﷺ bersabda: “Engkau akan mendapatkannya.”

Partisipasi Kebaikan, Infak Dakwah Melalui ELSSI Di Sini!

Saat firman Alloh ﷻ turun yang berkenaan tentang diri Tsabit dan berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara lebih dari suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amal kalian sedangkan kalian tidak menyadari.” (QS. Al-Hujurat [49] : 2)

Tsabit langsung menghindari majlis Rosululloh  –meskipun ia amat cinta kepada Beliau- ia terus berada di rumahnya sampai ia hampir tidak pernah meninggalkan rumah kecuali untuk sholat berjamaah.

Rosululloh ﷺ merasa kehilangan Tsabit dan beliau bersabda: “Siapa yang dapat membawa kabar tentang Tsabit kepadaku?” Salah seorang dari kaum Anshor berkata: “Saya yang akan melakukannya, wahai Rosululloh!”. Maka orang tersebut mendatangi rumah Tsabit dan mendapati Tsabit sedang berada di dalam rumah sambil bersedih dan menundukkan kepalanya. Orang Anshor tersebut bertanya kepada Tsabit: “Apa kabar wahai Abu Muhammad?” Tsabit menjawab: “Kabar buruk.”

Orang Anshor tadi bertanya: “Mengapa demikian?” Tsabit menjawab: “Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang bersuara keras. Seringkali suaraku melewati suara Rosululloh ﷺ, sedangkan Al-Qur’an telah menurunkan ayat tentang hal ini sebagaimana engkau ketahui. Aku yakin bahwa seluruh amalku telah terhapus dan aku termasuk ahli neraka.”

Orang Anshor tersebut kembali menemui Rosululloh dan menceritakan kepada beliau apa yang telah ia lihat dan ia dengar. Maka Rosululloh ﷺ bersabda: “Pergi dan temuilah dia dan katakan padanya bahwa engkau bukanlah ahli neraka akan tetapi engkau ahli surga.” Dan inilah kabar gembira terhebat yang pernah didengar oleh Tsabit yang senantiasa ia harapkan semasa hidupnya.

Tsabit bin Qais ikut serta dalam setiap peperangan yang dilakukan Rosululloh ﷺ selain Badr. Ia menyeburkan dirinya di medan perang demi mencari syahid sebagaimana yang telah dijanjikan Rosululloh ﷺ kepadanya. Akan tetapi ia selalu tidak menemukannya, padahal jaraknya dengan kematian sudah amat dekat. Hingga terjadilah peperangan melawan kemurtadan antara pasukan muslimin dan Musailamah Al-Kadzdzab pada masa Abu Bakar rodhiyallohu’anhu. Pada perang tersebut Tsabit bin Qais menjadi amir pasukan kaum Anshor, Salim budak Abu Hudzaifah menjadi amir pasukan kaum Muhajirin sedangkan yang menjadi panglima pasukan adalah Kholid bin Walid. Ia menjadi panglima pasukan atas semua golongan baik Anshor, Muhajirin maupun orang-orang badui. Pada saat itu pasukan Musailamah mendapatkan keunggulan atas pasukan muslimin.

Tsabit bin Qais melihat kelemahan barisan muslimin yang membuat hatinya merasa sedih. Ia mendengarkan cercaan yang mereka saling lemparkan sehingga hatinya bertambah gundah. Orang-orang kota menuduh orang-orang kampung sebagai penakut. Sedang orang-orang kampung mengatakan bahwa orang-orang kota tidak becus berperang. Pada saat itulah Tsabit bin Qais memakaikan minyak kematian pada tubuhnya dan ia mengenakan kain kafan. Dia berdiri dengan dipandangi oleh orang di sekelilingnya sambil berkata: “Wahai kaum muslimin, bukan begini cara kami dulu berperang bersama Rosululloh ﷺ. Alangkah buruk tindakan kalian yang telah membuat musuh berani berhadapan dengan kalian”.

Kemudian ia mengangkat pandangannya ke langit dan berkata: “Ya Alloh, aku terlepas dari kemusyrikan yang mereka kerjakan (maksudnya adalah Musailamah dan kaumnya), dan aku juga terlepas dari apa yang diperbuat oleh mereka ini (maksudnya adalah kaum muslimin).”

Kemudian ia menyerang bagai seekor singa buas. Ia menyerang pasukan musuh dengan gagah berani yang menimbulkan semangat bagi pasukan muslimin dan membuat gentar pasukan musyrikin. Ia terus menebaskan pedangnya ke setiap arah sampai ia terjerembab karena luka yang ada. Ia pun tersungkur di medan laga dengan gembira atas apa yang Alloh tetapkan baginya sebagai orang yang mati syahid sebagaimana yang telah diberitakan oleh Rosululloh ﷺ, dan ia pun bangga dengan kemenangan yang Alloh tetapkan bagi pasukan muslimin. Pada saat itu Tsabit membawa sebuah baju besi yang bagus. Salah seorang prajurit muslim menjumpai tubuh Tsabit lalu mengambil baju tersebut untuk ia kenakan.

Baca Artikel Lainnya!

Pada keesokan hari setelah Tsabit gugur, salah seorang prajurit bermimpi melihat Tsabit yang berkata kepadanya: “Aku adalah Tsabit bin Qais, apakah engkau mengenalku?” prajurit tersebut menjawab: “Ya, aku mengenalmu.” Tsabit berkata: “Aku akan memberimu wasiat. Jangan kau katakan bahwa ini adalah mimpi karena itu akan membuatnya sia-sia. Kemarin saat aku terbunuh, ada seorang prajurit muslim yang menemui tubuhku dengan sifat ini dan itu. Kemudian ia mengambil baju besiku dan membawanya ke arah kemahnya yang terletak di perkemahan terjauh di arah fulan. Kemudian ia meletakkannya di bawah tungku miliknya. Dan ia meletakkan pelana di atas tungku tersebut. Temuilah Kholid bin Walid dan katakan kepadanya agar ia mengirimkan seorang utusan kepada orang yang mengambil baju besi tersebut, selagi masih ada di tempat itu. Aku juga berwasiat hal lain kepadamu. Janganlah engkau katakan bahwa ini hanya sebuah mimpi, sebab itu akan membuatnya menjadi sia-sia. Katakanlah kepada Kholid: ‘Jika engkau menghadap Khalifah Rosululloh ﷺ di Madinah sampaikan kepadanya bahwa Tsabit bin Qais masih memiliki hutang, dan fulan dan fulan budak Tsabit akan dibebaskan asalkan dapat membayarkan hutangku.”

Orang tersebut terbangun. Kemudian ia menghadap Kholid bin Walid dan menyampaikan apa yang telah ia dengar dan lihat. Maka Kholid mengutus orang yang akan mengambil baju besi tersebut dari orang yang telah mengambilnya. Ternyata utusan tersebut mendapati baju besi tersebut tepat berada di tempat yang diceritakan, kemudian ia membawanya sebagaimana adanya. Begitu Kholid kembali ke Madinah, ia menceritakan kepada Abu Bakar rodhiyallohu’anhu tentang kisah Tsabit bin Qais dan wasiatnya. Abu Bakar pun memperkenankan semua wasiat Tsabit. Tidak ada orang sebelum dan sesudah Tsabit yang wasiatnya diperbolehkan setelah kematiannya. Semoga Alloh ﷻ meridhai Tsabit bin Qais, dan menjadikannya termasuk orang yang berada pada surga tertinggi.

WASIAT TSABIT BIN QOIS AL-ANSHORI

Disalin dari Buku Ringkasan Ilmu Dasar Islam, oleh HASMI.

Kategori

Yuk sedekah untuk program bermanfaat elssi peduli