KEUTAMAAN PENANGGGUNG KEHIDUPAN YATIM
Oleh: Ust. Dr. Ali Maulida, S.S., M.Pd.I
Di antara ayat yang membahas keutamaan kajian ini adalah QS. al-Baqoroh: 177, Allah ﷻ berfirman,
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمالَ عَلى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبى وَالْيَتامى وَالْمَساكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقابِ وَأَقامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذا عاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْساءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (17) سورة : البقرة
“Bukanlah menghadapkan wajah kalian ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Baqoroh: 177)
Islam datang dalam keadaan masyarakat diliputi jahiliyyah, saat yatim sama sekali tidak mendapatkan hak mereka di tengah masyarakat. Islam datang dengan memuliakan mereka dan menjaga terpenuhinya hak-hak mereka. Perhatikan penjelasan Ja’far bin Abdul Muthollib kepada Raja Najasyi, ketika umat Islam berhijrah ke habasyah dan orang-orang Quraisy sangat ingin mereka dikembalikan ke Mekkah.
أَيُّهَا الْمَلِكُ، كُنَّا قَوْمًا أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ، نَعْبُدُ الأَصْنَامَ، وَنَأْكُلُ الْمَيْتَةَ، وَنَأْتِي الْفَوَاحِشَ ، وَنَقْطَعُ الأَرْحَامَ، وَنُسِيءُ الْجِوَارَ، يَأْكُلُ الْقَوِيُّ مِنَّا الضَّعِيفَ، فَكُنَّا عَلَى ذَلِكَ، حَتَّى بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْنَا رَسُولاً مِنَّا ، نَعْرِفُ نَسَبَهُ وَصِدْقَهُ، وَأَمَانَتَهُ وَعَفَافَهُ ، فَدَعَانَا إِلَى اللهِ لِنُوَحِّدَهُ وَنَعْبُدَهُ، وَنَخْلَعَ مَا كُنَّا نَحْنُ نَعْبُدُ وَآبَاؤُنَا مِنْ دُونِهِ مِنَ الْحِجَارَةِ وَالأَوْثَانِ، وَأَمَرَنَا بِصِدْقِ الْحَدِيثِ ، وَأَدَاءِ الأَمَانَةِ، وَصِلَةِ الرَّحِمِ ، وَحُسْنِ الْجِوَارِ ، وَالْكَفِّ عَنْ الْمَحَارِمِ وَالدِّمَاءِ، وَنَهَانَا عَنِ الْفَوَاحِشِ ، وَقَوْلِ الزُّورِ، وَأَكْلِ مَالَ الْيَتِيمِ ، وَقَذْفِ الْمُحْصَنَةِ ، وَأَمَرَنَا أَنْ نَعْبُد اللهَ وَحْدَهُ ، لاَ نُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَأَمَرَنَا بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّيَامِ . أخرجه أحمد و ابن خزيمة.
“Wahai paduka Raja, kami dahulu adalah kaum yang berada dalam Jahiliyah. Kami menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan berbagai keburukan, memutus tali silaturahmi, menyakiti tetangga, dan orang yang kuat di antara kami memakan orang yang lemah, kami terus dalam keadaan yang demikian sampai Alloh mengutus seorang Rosul kepada kami yang berasal dari bangsa kami. Kami mengenal nasab dan kejujurannya, sifat amanah dan kewibawaannya. Ia menyeru kami untuk mentauhidkan Alloh dan beribadah kepada-Nya, meninggalkan batu-batu dan patung-patung yang dahulu kami dan nenek moyang kami sembah. Ia juga memerintahkan kami berkata jujur, menunaikan amanah, menyambung tali silaturahmi, berbuat baik kepada tetangga, menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan dan pertumpahan darah, melarang kami melakukan keburukan, berkata dusta, memakan harta anak yatim, menuduh wanita baik-baik sebagai pezina. Beliau juga memerintahkan kami beribadah hanya kepada Alloh, tidak menyekutukannya, memerintahkan kami sholat, menunaikan zakat, dan berpuasa.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah)
Sedekah Pagi Membawa Berkah: Insyalloh Doa dan Hajat akan Diijabah
Perintah berbuat baik kepada anak yatim dan larangan berbuat keburukan atas harta mereka:
\” وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (152) وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (153) سورة الأنعام .
Janganlah kamu mendekati (menggunakan) harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, lakukanlah secara adil sekalipun dia kerabat(-mu). Penuhilah pula janji Allah. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengambil pelajaran. (QS.al-An’am: 152)
وقال : \” وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا (34) سورة الإسراء .
“Janganlah kalian mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik sampai ia baligh, dan tunaikanlah janji karena janji itu akan diminta pertanggungjawaban” (QS. Al- Isro’: 34)
Melanggar harta anak yatim termasuk di antara 7 dosa besar yang membinasakan:
( اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، وَمَا هُنَّ ؟ قَالَ : الشِّرْكُ بِاللهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ.)\”.أخرجه البخاري 4/12(2766) و7/177و((مسلم))
“Jauhilah 7 macam perbuatan yang membinasakan !. Para sahabat bertanya: Apa sajakah wahai Rosululloh ?. Beliau berkata: Syirik (mensekutukan Alloh), sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Alloh kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, menuduh dengan tuduhan palsu kepada wanita mu’minah” (HR. Bukhori dan Muslim)
Kita bisa lihat juga dalam QS.al-Insan: 8-22.
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (9) إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (10) فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (11) وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا (12) مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا (13) وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا (14) وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيرَا (15) قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا (16) وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا (17) عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا (18) وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا (19) وَإِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا (20) عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا (21) إِنَّ هَذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا (22) سورة الإنسان
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebaikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (QS. 76:5) (yaitu) mata air (dalam surga) yang hamba-hamba Allah akan minum darinya, mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. (QS. 76:6) Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. (QS. 76:7) Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. 76:8) Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula ucapan terima kasih. (QS. 76:9) Sesungguhnya kami takut akan (azab) Rabb kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (QS. 76:10)
Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (QS. 76:11) Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, (QS. 76:12)
di dalamnya mereka duduk bersandar di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya teriknya matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. (QS. 76:13)
Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya dengan sangat mudah. (QS. 76:14) Kepada mereka diedarkan bejana-bejana dari perak, dan piala-piala yang bening laksana kaca, (QS. 76:15) (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. (QS. 76:16)
Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (QS. 76:17) (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. (QS. 76:18) Mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. (QS. 76:19)
Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (QS. 76:20) Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Rabb memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (QS. 76:21) Sesungguhnya ini adalah balasan untuk kalian, dan usaha kalian diberi balasan.” (QS. Al-Insan [76]: 5-22).
Follow Instagram Kami: elssipeduli
Kafil yatim akan diberi nikmat dekat bersama Rosululloh ﷺ,
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلاَّ لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمَةٍ أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِى الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ وَفَرَّقَ بَيْنَ أُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى. أخرجه أحمد
“Barangsiapa mengusap kepala anak yatim, dia mengusapnya semata-mata karena Alloh, maka dia mendapat kebaikan pada tiap helai rambut yang dilalui tangannya. Barangsiapa yang berbuat baik kepada seorang anak yatim baik laki-laki maupun perempuan, maka aku dan dia adalah seperti ini di surga. Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, dengan merenggangkan sedikit” (HR. Bukhori dan Ahmad)
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِى الْجَنَّةِ , وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى , وَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا قَلِيلاً. أخرجه اْحمد 5/333(23208) (البخاري) 7/68(5304).
Keutamaan Memelihara Anak Yatim
Keutamaan memelihara anak yatim sangat banyak, berikut penulis sebutkan beberapa di antaranya:
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ أَنْ تُدْخِلَ عَلَى أَخِيْكَ الْمُؤْمِنِ سُرُوْرًا أَوْ تَقْضِيَ عَنْهُ دَيْنًا أَوْ تُطْعِمَهٌ خُبْزًا.
“Amal perbuatan yang paling utama adalah engkau membuat seorang mukmin bahagia, engkau membayarkan hutangnya atau engkau memberikannya makan sebuah roti.”[5]
‘Membuat seorang mukmin bahagia’, Bukankah mengasuh anak yatim termasuk di dalamnya. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang bersemangat untuk mengasuh anak yatim.
Keutamaan yang lainnya:
عن أَبِى هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَجُلاً شَكَا إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ : (( إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ فَأَطْعِمِ الْمَسَاكِينَ وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ )).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya ada seseorang datang menemui Nabi saw dan mengeluh tentang kekerasan hatinya, maka Rasulullah ﷺ berkata kepadanya, “Jika engkau ingin hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang-orang miskin dan usaplah kepala anak yatim!”[6]
Hadits ini dengan jelas menerangkan bahwa memberi makan orang-orang miskin dan mengusap kepala anak yatim dapat melunakkan hati. Kalau kita melihat dua amalan tersebut, maka kita akan mendapatkan bahwa orang yang sombong, pelit dan kasar tidak akan mampu melaksanakan kedua amalan itu. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ melatihnya untuk mendekati orang-orang miskin dan anak yatim agar dapat merasakan apa yang mereka rasakan sehingga hatinya tidak lagi menjadi keras.
Nabi saw melarang keras perbuatan zalim kepada anak yatim. Beliau ﷺ bersabda:
اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ : الْيَتِيمِ ، وَالْمَرْأَةِ.
“Ya Allah! Sesungguhnya aku menyatakan haram (kepada umat Muhammad untuk melalaikan) hak dua orang yang lemah, yaitu anak yatim dan wanita.”[7]
Para sahabat adalah orang-orang yang paling cepat dan bersegera dalam mengamalkan apa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ. Di antara bukti nyata yang menunjukkan hal itu adalah apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Umar bin Khaththab:
عن أَبُي بَكْرِ بْنُ حَفْصٍ ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ كَانَ لاَ يَأْكُلُ طَعَامًا إِلاَّ وَعَلَى خِوَانِهِ يَتِيمٌ.
Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Hafsh bahwasanya dia berkata, “Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab) tidak pernah makan kecuali di samping piringnya ada anak yatim.” (HR. Bukhori)
Bagi Anda Yang Memiliki Kelebihan Harta, Ilmu dan Tenaga
Orang yang memiliki kelebihan harta sudah sepantasnya menginfakkannya kepada anak-anak yatim. Rasulullah ﷺ bersabda:
وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةً وَنِعْمَ صَاحِبُ الْمُسْلِمِ هُوَ لِمَنْ أَعْطَى مِنْهُ الْيَتِيمَ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
“Sesungguhnya harta itu berwarna hijau (enak dipandang) dan manis (dirasakan). Sebaik-baik sahabat muslim adalah yang memberikan harta tersebut untuk anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan).” (HR. Ahmad)
Jika demikian mulianya infak berupa harta kepada anak yatim, betapa agungnya infak berupa ilmu dan tenaga, yaitu dengan menjadi pengasuh, pendidik, perawat mereka dalam sistem yang teratur, dalam sebuah manajemen darul aytam.
Pengasuhan yang berisi pendidikan atau bimbingan kepada anak yatim adalah bentuk infak yang langgeng dan mengalir terus pahalanya. Faidah yang didapatkan sang yatim jauh lebih besar, lebih membawa manfaat dan langgeng dunia akhirat.
ولكفالة اليتيم وإكرامه فوائد كثيرة منها :
(1) صحبة الرّسول صلّى اللّه عليه وسلّم في الجنّة، وكفى بذلك شرفا وفخرا.
(2) كفالة اليتيم صدقة يضاعف لها الأجر إن كانت على الأقرباء (أجر الصّدقة وأجر القرابة).
(3) كفالة اليتيم والإنفاق عليه دليل طبع سليم وفطرة نقيّة.
(4) كفالة اليتيم والمسح على رأسه وتطييب خاطره يرقّق القلب ويزيل عنه القسوة.
(5) كفالة اليتيم تعود على الكافل بالخير العميم في الدّنيا فضلا عن الآخرة.
(6) كفالة اليتيم تساهم في بناء مجتمع سليم خال من الحقد والكراهيّة، وتسوده روح المحبّة والودّ.
(7) في إكرام اليتيم والقيام بأمره إكرام لمن شارك رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم في صفة اليتم، وفي هذا دليل على محبّته صلّى اللّه عليه وسلّم.
(8) كفالة اليتيم تزكي المال وتطهّره وتجعله نعم الصّاحب للمسلم.
(9) كفالة اليتيم من الأخلاق الحميدة الّتي أقرّها الإسلام وامتدح أهلها «1».
(10) كفالة اليتيم دليل على صلاح المرأة إذا مات زوجها فعالت أولادها وخيريّتها في الدّنيا وفوزها بالجنّة ومصاحبة الرّسول صلّى اللّه عليه وسلّم في الآخرة.
(11) في كفالة اليتيم بركة تحلّ على الكافل وتزيد من رزقه. موسوعة نضرة النعيم 8/
Baca juga: Wakaf al-Qur’an untuk Pompes Tahfizh Al-Maa Bogor