Amalan Kontinu. Banyak orang yang dia beramal banyak tapi tidak kontinu dalam melaksanakannya, ada juga orang yang beramal sedikit tapi dia istiqomah dan kontinu dalam melaksanakannya. Ketahuilah bahwa Alloh tidak menyukai amalan yang dilakukan hanya sesaat saja atau hanya pada suatu waktu dan tidak berkelanjutan.
Contohnya adalah ketika bulan ramadhan kebanyakan kaum muslim bersemangat beribadah pada bulan ini namun setelah selesai ramadhan mereka malas beribadah. Hal seperti ini sudah diperingatkan oleh para ulama sebelumnya.
Para ulama kadang
mengatakan, “Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin
ibadah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang
rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun”.
Asy Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih
utama, Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah
Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah
jadilah hamba Rabbaniy yang rajin ibadah di setiap bulan, sepanjang tahun dan
jangan hanya beribadah pada bulan Sya’ban saja. Kami kami juga dapat
mengatakan, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi
Romadhoniyyin.” Maksudnya, beribadahlah secara kontinu (ajeg)
sepanjang tahun dan jangan hanya beribadah pada bulan Ramadhan saja.
Bahkan rasululloh SAW yang dijamin masuk surga amalannya bukanlah amalan musiman akan tetapi amalan yang rutin dilakukan. Hal ini seperti yang diceritakan oleh ummul mukminin Aisyah RA ketika dia ditanya mengenai amalan Rasululloh SAW,
”Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab,
لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً
”Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (ajeg).”
1. Amalan Kontinu Tanda diterimanya Amalan
Ketahuilah bahwa amalan yang diterima indikatornya adalah setelah amalan tersebut kita lakukan maka akan membuahkan amalan baik berikutnya, dan salah satu bentuk indikator diterimanya amal adalah dilakukannya amalan yang kontinu tidak musiman.
Sebaliknya amalan yang diindikasikan tidak diterima adalah ketika amalan baik itu malah membuahkan amalan yang buruk setelahnya.
Sebagian ulama salaf mengatakan,
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan membawakan perkataan salaf lainnya, ”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan, namun malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”
2. Urgensi amal kontinu walau sedikit
Amalan sedikit namun kontinu adalah amalan yang lebih utama dari amalan yang banyak akan tetapi tidak kontinu, amalan inilah yang dicintai oleh Alloh dan RasulNya.
Di antara dasar dari hal ini adalah dalil-dalil berikut.
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,
أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”
’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah, ”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab,
لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ
”Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lakukan.”
3. Hikmah Amalan Kontinu
a. Amalan yang dilakukan secara kontinu akan tetap langgeng dan pahanlanya akan tetap ada.
An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun rutin dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja dilakukan. Ingatlah bahwa amalan sedikit yang rutin dilakukan akan melanggengkan amalan ketaatan, dzikir, pendekatan diri pada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal, juga akan membuat amalan tersebut diterima oleh Sang Kholiq Subhanahu wa Ta’ala. Amalan sedikit yang rutin dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja dilakukan.”
b. Amalan yang dilakukan secara terus menerus akan mendapatkan pahala walaupun dia tidak melaksanakannya dalam kondisi udzur, sedangkan amalan yang banyak namun tidak kontinu akan terputus pahalanya jika dia tidak mengamalkannya.
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, ”Sesungguhnya seorang hamba
hanyalah akan diberi balasan sesuai amalan yang ia lakukan. Barangsiapa
meninggalkan suatu amalan -bukan karena udzur syar’i seperti sakit, bersafar,
atau dalam keadaan lemah di usia senja-, maka akan terputus darinya pahala dan
ganjaran jika ia meninggalkan amalan tersebut.”
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ
أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika seseorang sakit atau melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika mukim (tidak bepergian) dan dalam keadaan sehat.”
- Amalan yang dilakukan secara terus menerus akan mencegah masuknya rasa futur atau malas.Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
- وَلِكُلِّ عَمِلٍ شِرَّةٌ ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ ، فَمَنْ يَكُنْ فَتْرَتُهُ إِلَى السُّنَّةِ ، فَقَدِ اهْتَدَى ، وَمَنْ يَكُ إِلَغَيْرِ ذَلِكَ ، فَقَدْ ضَلَّ
”Setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa futur (malasnya). Barangsiapa yang kemalasannya masih dalam sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, maka dia berada dalam petunjuk. Namun barangsiapa yang keluar dari petunjuk tersebut, sungguh dia telah menyimpang.”
Inilah dia pembahasan mengenai amalan sedikit tapi kontinu, mudah-mudahan dengan tulisan ini kita bisa mempersiapkan amalan kontinu kita dan mudah-mudahan dengan amalan tersebut kita dapat terselamatkan dari siksa neraka kemudian dimasukkan kedalam surgaNya kelak.
Sumber : https://rumaysho.com/