Beriman Kepada Qodar
Bicara tentang Al-qodar atau takdir merupakan pembicaraan yang seakan tidak pernah selesai, banyak pertanyaan yang muncul karena ketidakpuasan. Namun Al-qodar bagian dari rukun iman, seorang yang beriman wajib meyakini dan menerimanya. Berikut pandangan Ahlussunnah Wal Jama’ah tentang Al-qodar;
1. Ahlussunnah beriman kepada “qodarulloh”, bahwasanya seluruh yang baik maupun yang buruk sudah ditentukan oleh Alloh ﷻ. Beriman kepada qodar sama halnya dengan beriman kepada hal-hal ghaib lainnya, yaitu harus sebatas yang diterangkan oleh wahyu Ilahi (al-Qur’an dan as-Sunnah).
2. Al-Qur’an dan as-Sunnah mewajibkan kita beriman kepada empat rukun qodar berikut: (a) Rukun pertama: Bahwasannya Alloh ﷻ Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu-Nya adalah azali, tidak pernah didahului oleh kejahilan. Mengetahui apa-apa yang akan, sedang dan sudah terjadi. Mengetahui apa-apa yang tidak akan terjadi, bagaimanakah terjadinya seandainya hal tersebut terjadi. Pengetahuan Alloh ﷻ tentang apa-apa yang akan terjadi, menunjukan dengan pasti bahwa hal-hal yang akan terjadi sudah ditentukan, (b) Rukun kedua: Meyakini bahwa Alloh ﷻ telah menuliskan semua hal-hal yang akan terjadi di Lauhul Mahfudz, (c) Rukun ketiga: Bahwasannya kehendak Alloh ﷻ pasti terwujud. Tidak ada satu kehendak lain yang mungkin terwujud, apabila berlainan dengan kehendak-Nya, (d) Rukun keempat: Meyakini bahwa Alloh ﷻ adalah Pencipta segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang bukan ciptaan Alloh ﷻ termasuk manusia, kehendak dan amal perbuatannya.
3. Ketika seseorang beriman kepada empat rukun di atas, maka orang tersebut telah beriman kepada al-qodar.
4. Beberapa kandungan dari keempat rukun al-qodar tersebut adalah:
- Segala sesuatu sudah ditentukan menurut kehendak Alloh ﷻ. Ahlul Jannah sudah ditentukan orang-orangnya sebelum Alloh ﷻ menciptakan mereka, demikian pula Ahlun Nar.
- Alloh ﷻ yang menciptakan manusia. Dia pula yang menciptakan amal-amal dan kehendak-kehendak mereka, semuanya tercipta sesuai kehendak dan ilmu (pengetahuan) Alloh ﷻ, tidak ada sesuatu pun yang terjadi atau terwujud tanpa sekehendak dan sepengetahuan-Nya.
- Manusia diberikan kehendak, dengan kehendak itulah mereka beramal. Tetapi kehendak manusia adalah ciptaan Alloh ﷻ dan tercipta menurut kehendak-Nya. Amal manusia yang dikerjakan dengan kehendaknya sendiri dan hasil dari amal itu pun adalah ciptaan Alloh ﷻ dan menurut kehendak-Nya.
- Alloh ﷻ pencipta segala sesuatu, tentunya termasuk manusia, amal perbuatan dan kehendaknya (karena kehendak adalah bagian dari diri manusia itu sendiri).
- Manusia mempunyai kehendak sendiri dan dengan kehendak tersebut mereka beramal.
- Kehendak manusia yang sama dengan kehendak Alloh ﷻ akan terlaksana, sedangkan yang berbeda tidak akan terlaksana.
- Alloh ﷻ yang memberi petunjuk dan yang menyesatkan. Tidak ada yang bisa menyesatkan seseorang yang Alloh ﷻ beri petunjuk kepadanya dan tidak ada yang bisa memberi petunjuk seseorang yang Alloh ﷻ sesatkan.
- Alloh ﷻ tidak memaksa manusia untuk berbuat sesuatu. Manusia pun merasa dengan pasti bahwa dia mengerjakan sesuatu dengan kehendaknya sendiri, tanpa paksaan. Tetapi Alloh ﷻ-lah yang menjadikan manusia berkehendak, Alloh ﷻ-lah yang mengizinkan atau tidak mengizinkan suatu amal perbuatan terwujud, Alloh ﷻ pulalah yang memberi petunjuk dan Alloh ﷻ pulalah yang menyesatkan.
5. Ketika akal ingin memberontak, ingin mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang banyak sekali, walaupun dalilnya sudah jelas bahwa kita harus beriman hanya berdasarkan sebatas wahyu dan kabar ghaib hanya sebagian saja yang dikabarkan kepada kita. Sedangkan sebagian lainnya tetap merupakan “sirrulloh” (rahasia Alloh ﷻ). Ingin mencari kepuasan! Ingin mengangkat dirinya tanpa batas! Pertanyaan terbesar adalah: Bukankah itu suatu kezholiman? Setelah Alloh ﷻ menentukan segala sesuatunya, lantas seseorang disiksa karena amalnya? Jawab: Seperti kita beriman dengan hal-hal di atas karena didukung oleh dalil-dalil yang kuat maka kita pun sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Firqoh Naajiyah yang mengikuti wahyu Alloh ﷻ dengan pemahaman shahabat, harus beriman pula bahwa Alloh ﷻ tidaklah zholim.
6. Di sana ada suatu rahasia besar. Rahasia yang hanya Alloh ﷻ-lah yang mengetahui. Rahasia yang tidak bisa kita ketahui. Oleh karena itu pula, al-qodar disebut ”sirrullah” yaitu “rahasia Alloh ﷻ”. Alloh ﷻ-lah yang mengetahui mengapa orang tersebut diciptakan untuk masuk Jannah sedangkan yang satunya lagi masuk neraka. Semua itu terjadi dengan hikmah yang tinggi dan mulia sekali.
7. Kita dilarang Alloh ﷻ untuk mempertanyakan hal-hal ghaib yang tidak Alloh ﷻ kabarkan. Karena hal tersebut akan membawa kita ke dalam kesesatan. Akal pikiran kita mempunyai kemampuan yang terbatas dan sebatas itu pulalah kita diberikan kabar-kabar ghaib oleh Alloh ﷻ. Pokok dasar atau pangkalnya qodar ada pada ilmu ghaib di sisi Alloh ﷻ. Kita imani qodar hanya sebatas kabar wahyu seperti yang sudah dijelaskan.
8. Kita harus beriman sebatas kabar-kabar wahyu dan tidak mencari kabar-kabar ghaib dari selain wahyu Ilahi, seperti misalnya melalui analisa-analisa akal pikiran mendatangi para normal, dukun, dan lain sebagainya. Kewajiban kita adalah harus mempercayai dan menerimanya.
9. Sudah banyak orang yang tersesatkan karena mereka tidak mengikuti manhaj Ahlus Sunnah dalam qodar. Banyak di antara mereka yang sampai pada pendustaan terhadap al-qodar (Na’udzu billah), maka keluarlah mereka dari Islam dan masuklah mereka ke lorong-lorong gelap yang tiada berujung. Semua itu karena mereka tidak puas dengan manhaj yang haq ini dan mencoba memecahkan “sirrulloh” tersebut.
10. Sebagian manusia mengatakan bahwa Alloh ﷻ tidak mengetahui sesuatu sebelum hal tersebut terjadi dan hal-hal di masa depan pun belum ditentukan. Akidah seperti ini, tuhan mereka bukanlah Alloh ﷻ yang kita ibadahi. Tuhan mereka adalah tuhan lain yang jahil, yang sering terkaget-kaget oleh ulah makhluknya. Kalau tuhan mereka tidak mengetahui sesuatu kecuali setelah terjadi, dengan sendirinya yang menciptakan hal itu bukanlah dia. Mereka akan berkata: Ya! Si pelakulah yang meng “ada” kan hal tersebut, baik si pelaku itu manusia atau lainnya. Jadi di sini kita dapati adanya banyak pencipta. Syirik!! Tak ada nama lain untuk akidah seperti ini!
11. Alloh ﷻ mempunyai dua hukum: (a) Hukum qodari (kauni): hukum ini pasti terlaksana dan terwujud atas makhluk-makhluk-Nya. Kita tidak mengetahui tentang hukum ini, kecuali setelah terlaksana. Kewajiban kita terhadap hukum ini adalah beriman kepadanya dan menerimanya. Kita tidak boleh berdalih dengan hukum ini sebelum hukum ini terjadi, karena sebelumnya kita tidak mengetahui, (b) Hukum syari’ah: yaitu hukum-hukum agama yang harus kita laksanakan. Hukum ini adalah kehendak (tuntutan) Alloh ﷻ kepada kita. Kewajiban kita terhadap hukum ini adalah mengimani dan melaksanakannya dengan semaksimal mungkin, tanpa berdalih dengan qodar untuk meninggalkannya.