Masih Menjalankan Rebo Wekasan?

Ilustrasi. Masih Menjalankan Rebo Wekasan. www.elssipeduli.id

Masih Menjalankan Rebo Wekasan?

Ritual hari Rabu terakhir di bulan Shafar ternyata tidak hanya dijalankan atau diamalkan di negeri ini, kaum muslimin belahan dunia lainnya juga mempersoalkannya. Mengapa? Simak uraian singkat berikut.

Rebo Wekasan (rebo pungkasan) dalam bahasa Jawa, ‘Rebo’ artinya hari Rabu, dan ‘Wekasan’ atau ‘pungkasan’ artinya terakhir. Istilah ini dipakai untuk menamai hari Rabu terakhir pada bulan Shafar.

Ada Apa dengan Rebo Wekasan?

Orang-orang yang menjalankan ritual saat Rebo Wekasan berkeyakinan bahwa pada hari itu akan diturunkan bala’ atau musibah bencana yang sangat banyak. Karena keyakinan itu, sebagian mereka mengajak menjalankan berbagai ibadah yang dikhususkan pada hari itu agar terhindar dari musibah.

Ada baiknya disebutkan golongan yang gemar menjalankan perkara ini dan menyeru kaum muslimin menjalankannya, yaitu mereka dari golongan syi’ah yang jelas-jelas bukan Islam.

Sejatinya bentuk ibadah yang dianjurkan dijalankan saat Rebo Wekasan bukanlah datang dari syariat Islam, hal itu merupakan perkara baru yang diada-adakan, jadi baiknya tidak disebut ibadah melainkan ritual.

Ritual atau amalan tersebut adalah mengerjakan shalat empat raka’at dengan satu kali salam, dengan niat tolak bala’. Shalat ini dikerjakan pada waktu dhuha atau setelah terbit matahari. Pada setiap raka’at membaca surat Al-Fatihah kemudian surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 50 kali, Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) masing-masing satu kali. Ketika salam membaca surat Yusuf ayat 21, 360 kali. Lanjut membaca surat Ash-Shaffat ayat 180-182, 3 kali. Dan seterusnya atau ada juga jumlah dan bacaan yang selainnya.

Baca Artikel Lainnya!

Mereka berkeyakinan, siapa yang melakukan ritual tersebut pada rebo wekasan, dia akan terjaga dari segala bentuk musibah dan bencana yang turun ketika itu.

Sumber referensi yang membahas masalah ini adalah kitab Kanzun Najah karya Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds. Salah satu tokoh sufi, murid Zaini Dahlan. Dikatakan dalam pasal Hal-Hal yang Dianjurkan pada Bulan Shafar bahwa pada hari rabu terakhir bulan Shafar akan turun bencana besar. Bencana inilah yang akan tersebar di sepanjang tahun itu. Semuanya turun pada hari itu. Siapa yang ingin selamat dan dijaga dari bencana itu, maka berdoalah di tanggal 1 Shafar, demikian pula di hari rabu terakhir dengan doa yang sama. Siapa yang berdoa (dalam sholatnya), maka Allah akan menyelamatkannya dari keburuhan musibah tersebut.

Tentu sebagai orang beriman yang meyakini sumber syariat Islam adalah Al-Qur’an dan as-Sunnah dan meyakini perkara-perkara ghaib hanyalah diketahui oleh Allah Ta’ala, termasuk datangnya bencana atau musibah hanya dikehendaki oleh Allah semata, maka kita tidak serta merta percaya begitu saja dengan berita-berita memastikan turunnya musibah. Masih Menjalankan Rebo Wekasan? Silakan gali lagi sumber-sumbernya.

Tanggapan Lajnah Ad-Daimah

Para ulama yang tergabung dalam Lajnah Ad-Daimah pernah ditanya tentang ritual rebo wekasan yang dilakukan di akhir bulan Shafar, maka jawabannya sebagai berikut:

Amalan seperti yang disebutkan dalam pertanyaan, tidak kami jumpai dalilnya dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Tidak juga kami ketahui bahwa ada salah satu ulama masa silam dan generasi setelahnya yang mengamalkan ritual ini. Jelas ini adalah perbuatan bid’ah. Dan terdapat hadis shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

“Siapa yang membuat hal yang baru dalam agama ini, yang bukan bagian dari agama maka dia tertolak.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dll)

Siapa yang beranggapan ritual semacam ini pernah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau pernah dilakukan sahabat radhiyallahu ‘anhu, maka dia telah melakukan kedustaan atas nama beliau. Wa billahi at-Taufiiq.

Berlomba dalam Kebaikan, Salurkan Infak Dakwah Anda di sini!

Kategori

Yuk sedekah untuk program bermanfaat elssi peduli