NU’MAN BIN MUQORRIN AL-MUZANI, PAHLAWAN PERANG QODISIYAH

Gambar. Nu'man bin Muqorrim Al-Muzani - www.alhudapeduliyatim.com

NU’MAN BIN MUQORRIN AL-MUZANI

Letak Kabilah Muzainah

Perkampungan Kabilah Muzainah terletak dekat Yatsrib (Madinah). Ketika Rosululloh hijrah ke Madinah, berita tentang beliau ﷺ pun sampai ke Muzainah.

Pada suatu hari, Nu’man bin Muqorrin Al-Muzani yang menjadi kepala suku Muzainah, duduk di pendopo rumahnya bersama saudara-saudaranya, dan para sesepuh suku dan berkata kepada mereka, “Wahai kaumku, tidak ada yang kami ketahui tentang Muhammad melainkan semuanya baik. Tidak ada yang kami dengar melainkan menganjurkan berkasih sayang, berbuat baik dan keadilan. Mengapa kita lari memenuhi panggilannya, sedangkan orang-orang lain segera menemuinya?”. Kata-kata Nu’man tersebut menyentuh hati mereka. Nu’man pun mengajak kaumnya untuk berangkat ke Madinah menemui Rosululloh ﷺ dan menyatakan keIslaman mereka.

Seluruh pelosok Yatsrib goncang karena gembira dengan Islamnya Nu’man bin Muqorrin bersama pengikutnya. Belum pernah ada sebelum itu yang masuk Islam sekaligus 11 orang bersaudara beserta 400 prajurit berkuda.

Diutus Kepada Kisra

Ketika pemerintahan berada di tangan Khalifah Umar bin Khotthob, tidak berapa lama sebelum terjadi perang Qadisiyah, Sa’ad bin Abi Waqosh panglima tentara kaum muslimin, mengirim sebuah delegasi di bawah pimpinan Nu’man bin Muqorrin kepada Kisra Yazdajir, untuk mengajaknya masuk Islam. Setelah delegasi itu sampai di kota tempat Kisra bertahta, mereka minta izin masuk untuk bertemu dengan Kisra, lalu mereka diizinkan masuk. Kisra memanggil Juru Bahasa dan bertitah kepadanya, “Tanyakan kepada mereka, apa maksud kedatangannya ke negeri kita. Apakah kalian ingin memerangi? Ataukah kalian menginginkan kekayaan kami dan mengalahkan kami. Kami telah siap menunggu kehadiran kalian.”

Lalu setelah Nu’man memuji Alloh dan menyanjung-Nya, ia berkata, “Sesungguhnya Alloh ﷻ melimpahkan rahmat-Nya kepada kami. Diutus-Nya seorang Rosul kepada kami, yang menunjuki kami kepada kebaikan dan menyuruh kami mengerjakannya. Diingatkannya kami tentang keburukan dan dilarangnya kami mengerjakan. Dia menjanjikan kepada kami, jika kami perkenankan seruannya, maka Alloh akan memberi kami kesejahteraan dunia akhirat. Janjinya memang tepat dan terbukti kebenarannya. Kehidupan yang susah dan sempit, dalam tempo yang singkat berubah menjadi lapang. Kami yang hina dina, naik menjadi mulia. Hidup kami yang senantiasa bermusuh-musuhan bertukar menjadi penuh persaudaraan dan saling menyayangi. Beliau memerintahkan kami mengajak seluruh umat manusia agar mengikuti agamanya untuk kesejahteraan mereka, dan mulai dengan mengajak tetangga-tetangga kami. Kami datang kepada Anda untuk mengajak Anda masuk agama Islam; agama yang memandang baik segala yang baik serta mendorong untuk melaksanakannya, dan memandang buruk segala yang buruk serta mendorong untuk tidak melakukannya. Jika Anda sekalian memperkenankan ajakan kami, maka kami tinggalkan kepada Anda Kitabulloh (Al-Qur’an), dan kami tetapkan Anda sebagai penguasa yang berwenang menegakkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Kami akan kembali ke negeri kami dan membiarkan Anda mengurus negeri dan rakyat Anda. Jika Anda menolak masuk agama Alloh, kami harus memungut upeti dari kalian, dan kalian kami lindungi. Jika kalian enggan membayar upeti, kalian akan kami perangi.”

Baca Artikel Lainnya!

Kisra sangat  marah mendengar perkataan Nu’man. Katanya, “Setahuku tidak ada bangsa di muka bumi ini yang lebih celaka dari bangsa kalian. Jumlah kalian sangat sedikit. Antara suku-suku bangsa kalian selalu saling bermusuhan. Kehidupan rakyat kalian paling berantakan. Sesungguhnya kami pernah memerintah negeri kalian sampai ke pelosok-pelosok. Mereka patuh dan tunduk kepada kami, dibandingkan dengan kalian.” Setelah kemarahannya agak berkurang, dia berkata melanjutkan, “Jika kedatangan kalian hendak minta bantuan, akan kami perintahkan mengirim pangan untuk memakmurkan rakyat negeri kalian, dan sandang untuk para pemimpin dan pemuka-pemuka kaum kalian dan kami angkat seorang raja dari pihak kami yang mengasihi kalian!”

Seorang anggota delegasi Nu’man menjawab dengan jawaban yang membangkitkan kembali api kemarahan Kisra. Lalu kata Kisra, “Seandainya para utusan boleh dibunuh, sungguh aku habisi kalian semua. Pergilah kalian semua! Kalian tidak akan mendapatkan apa-apa dariku. Sampaikan kepada pemimpin kalian, aku akan memerintahkan Panglima Rustam menguburnya dan mengubur kalian semua ke dalam parit Qadisiyah.”

Kemudian Kisra memerintahkan para pengawalnya mengambil sebakul tanah dan menjunjungkannya kepada anggota delegasi yang paling mulia. Antarkan mereka sampai ke batas kota dengan ditonton orang banyak. Para pengawal bertanya kepada delegasi Nu’man, “Siapa di antara kalian yang paling mulia?”. Asim bin Umar segera menjawab lebih dahulu, “Saya!” Maka mereka meletakkan tanah sebakul itu di kepala Asim dan disuruhnya junjung sampai ke batas kota. Setelah melewati perbatasan, tanah itu diletakkannya ke atas unta dan dibawanya ke hadapan Panglima Sa’ad dengan ucapannya, “Alloh akan memenangkan kaum muslimin atas negeri Persia dan akan mengusai tanah mereka.”

Berkobar Perang Qodisiyah

Tidak berapa lama kemudian berkobarlah perang Qadisiyah. Parit pertahanannya penuh dengan mayat prajurit-prajurit Kisra yang tewas. Persia tidak tinggal diam atas kekalahan tentara mereka pada perang Qadisiyah gebrakan pertama itu. Maka dikumpulkannya seluruh anggota masyarakat Persia (milisi), lalu mereka gerakkan menjadi pasukan, sehingga semuanya berjumlah 50.000 prajurit. (Nu’man bin Muqorrin)

Tatkala Khalifah Umar mendengar berita tentang pasukan musuh yang berjumlah besar itu, beliau bertekad hendak memimpin sendiri tentara kaum muslimin ke medan perang. Tetapi niat beliau yang bertanggung jawab itu dicegah oleh pemuka-pemuka kaum muslimin. Mereka mengusulkan, agar beliau menunjuk seseorang perwira yang tangguh dan berpengalaman menghadapi perang seperti itu. Kata Khalifah Umar, “Kalau begitu, tunjukkan kepada saya siapa perwira yang tepat diangkat menjadi panglima perang parit itu.” Jawab mereka, “Anda tentu lebih tahu perwira-perwira Anda, wahai Amirul Mu’minin!” Kata Khalifah, “Demi Alloh! Akan saya angkat perwira yang lebih berpengalaman. Dia adalah Nu’man bin Muqorrin.” Jawab mereka, “Ya, memang dialah orangnya!”

Khalifah Umar menulis surat perintah kepada Nu’man bin Muqorrin: “Amma ba’du. Aku mendapat laporan, tentara Persia dalam jumlah besar telah siaga di kota Nahawand untuk memerangi kalian. Karena itu sesampainya suratku ini berangkatlah kamu segera atas perintah Alloh, dan dengan mengharap pertolongan serta kemenangan dari-Nya, beserta seluruh tentara muslimin yang berada di bawah komandomu. Salamku untukmu”.

Nu’man bin Muqorrin segera berangkat dengan pasukan menghadang musuh. Di barisan terdepan ditugaskan pasukan perintis yang terdiri dari prajurit-prajurit berkuda untuk membuka jalan. Setelah pasukan perintis hampir tiba di Nahawand, kuda mereka mogok. Mereka turun menyelidiki apa yang terjadi. Ternyata tapak kaki-kaki kuda mereka tertusuk paku-paku besi yang sengaja disebar tentara Persia untuk memperlambat laju tentara berkuda dan pejalan kaki kaum muslimin ke Nahawand. (Nu’man bin Muqorrin)

Pasukan perintis segera melaporkan apa yang terjadi itu kepada Nu’man, sambil menunggu perintah selanjutnya. Nu’man memerintahkan supaya tetap tinggal di tempat dan menyalakan api tengah malam agar dilihat musuh untuk menakut-nakuti mereka, dan memperdayakan mereka agar musuh-musuh itu menemui mereka serta menyingkirkan paku-paku tajam dalam perjalanan. Siasat memperdayakan tentara Persia itu berhasil dengan gemilang. Setelah tentara Persia melihat tentara perintis kaum muslimin, mereka lari kacau balau dan mengirim para pekerja membersihkan jalanan dari paku-paku tajam.

Tentara muslimin berhasil menguasai jalanan dengan bebas. Nu’man bin Muqorrin mengumpulkan pasukannya dekat Nahawand. Dia berencana akan menyergap musuh secara mendadak. Ia berkata, “Aku akan meneriakkan takbir tiga kali. Pada takbir pertama, bersiagalah kalian. Takbir kedua, siapkanlah senjata. Takbir ketiga, aku akan menyerang musuh. Kalian ikut menyerang bersamaku.” Ketika Nu’man takbir yang ketiga kali, ia melompat menyerang musuh bagaikan singa. Tentara mulimin tumpah ruah mengikutinya bagaikan banjir. Maka berkobarlah perang yang mengerikan antara kedua belah pihak, yang belum ada bandingannya dalam sejarah peperangan. (Nu’man bin Muqorrin)

Kesyahidan Nu’man

Tentara Persia terpecah sedemikian rupa, mereka banyak yang tewas memenuhi padang dan bukit-bukit. Darah mereka berceceran di mana-mana. Nu’man tergelincir di genangan darah lalu dia jatuh terbanting. Dia segera ditikam lawannya dengan tikaman yang mematikan. Saudara Nu’man segera mengambil bendera yang dipegangnya, dan menyelimutkan sorban yang dipakai Nu’man ke kepalanya. Setelah kaum muslimin memperoleh kemenangan dengan sempurna, para prajurit menanyakan Nu’man, perwira mereka yang gagah berani. Adik Nu’man membuka sorban penutup kepala Nu’man seraya berkata, “Inilah pemimpin kalian. Alloh telah menutup matanya dengan kemenangan dan mengakhiri hidupnya sebagai syuhada.” Mereka menamakan kemenangannya sebagai “Fathal Futuh” (kemenangan di atas segala kemenangan). (Nu’man bin Muqorrin)

Partisipasi Kebaikan, Infak Dakwah Melalui ELSSI Di Sini!

Kategori

Yuk sedekah untuk program bermanfaat elssi peduli