Mayoritas kaum muslimin bergembira akan segera tibanya bulan Ramadhan. Sebagian mereka serius dan fokus dengan persiapan penuh makna jelang Ramadhan. Sebagian lainnya hanya sekedar menghitung proyeksi untung rugi komoditas seputar momen Ramadhan. Mudah-mudahan kamu termasuk yang serius dan fokus, ya. So, apa yang dimaksud persiapan penuh makna?
SIAP MENJALANKAN PERINTAH
Lawan dari kesiapan yang sungguh-sungguh sejatinya ketidaksiapan. Sebagian ulama menyebutkan ketidaksiapan menjalankan kewajiban perintah agama termasuk salah satu bentuk meremehkan perintah tersebut. Akibatnya adalah kelemahan untuk menjalankannya dan terhalang dari keridhoan Sang Pemberi perintah, Allah subhanahu wa ta’ala. Perhatikan ayat berikut ini!
فَاِنْ رَّجَعَكَ اللّٰهُ اِلٰى طَاۤىِٕفَةٍ مِّنْهُمْ فَاسْتَأْذَنُوْكَ لِلْخُرُوْجِ فَقُلْ لَّنْ تَخْرُجُوْا مَعِيَ اَبَدًا وَّلَنْ تُقَاتِلُوْا مَعِيَ عَدُوًّاۗ اِنَّكُمْ رَضِيْتُمْ بِالْقُعُوْدِ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ فَاقْعُدُوْا مَعَ الْخٰلِفِيْنَ
Maka jika Allah mengembalikanmu (Muhammad) kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka katakanlah, “Kalian tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kalian telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama, karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.” (QS. at-Taubah: 83)
Ayat ini berkenaan orang-orang munafik yang tidak ikut menjalankan wajibnya perintah berperang saat itu. Padahal mereka memiliki kemampuan mempersiapkan keberangkatan menjalankan perintah tersebut, tapi mereka meremehkannya, mereka tidak mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh, maka akibatnya Allah melemahkan tekad mereka dan menggolongkan mereka termasuk orang-orang yang fasik lagi berjiwa kotor, mereka dijauhkan dari keridhoan dan rahmat Allah ta’ala.
Maka tidak cukup bergembira akan datangnya bulan yang mulia, siap menjalankan berbagai ibadah di dalamnya dengan sungguh-sungguh jadi persiapan penuh makna jelang Ramadhan.
Baca juga: Qodho Puasa di Bulan Sya’ban
SERIUS BERDOA DAN BERTAUBAT
Masyhur di antara doa yang dipanjatkan para salafush sholih yaitu,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
Keseriusan mereka dalam berdoa agar dipertemukan bulan Ramadhan juga nampak disebutkan,
ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْنَ اﻟﻠَّﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ
Dahulu mereka (para salafush sholih) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal sholih pada Ramadhan yang lalu). (Lathoif Ma’arif – Ibnu Rajab al-Hambali)
Berdoa yang seperti ini jadi bukti kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan. Mereka yakin ajal bisa datang kapan saja. Mereka memohon agar diberi umur panjang agar kembali berjumpa Ramadhan. Selain itu mereka memohon agar meraih keutamaan Ramadhan. Mereka yakin tak ada daya dan kekuatan seorang hamba beramal ibadah dengan benar, kecuali hanya dengan hidayah dan taufik Allah ta’ala. Sehingga, hari-hari mereka dilalui dengan kesungguhan berdoa, bertawakal dan juga bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Ya, para ulama juga menganjurkan memperbanyak bertaubat dan istighfar sebelum memasuki bulan Ramadhan. Salah satu doa untuk meminta segala ampunan dari Allah adalah doa,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى
Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dariku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda, dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupun sengaja, ampunilah segala dosa dan kesalahan yang kulakukan. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dosa dan maksiat dapat menghalangi seseorang dari ketaatan. Imam Hasan al-Bashri rahimahullah pernah ditanya oleh seorang pemuda yang merasa berat bangun malam, padahal ia sudah berusaha. Maka sang Imam berkata, “Jangan kau maksiati (Allah) pada siang hari, Dia akan membangunkanmu pada malam hari.” Maka perbanyaklah taubat dan istighfar, sebagaimana Nabi ﷺ bertaubat dan istighfar 70 kali bahkan lebih dalam sehari. Keseriusan dalam doa dan taubat jadi persiapan penuh arti bagi mereka pengharap ampunan dan ridho Ilahi.
FOKUS BERBEKAL ILMU
Persiapan ini tak punya makna sama sekali sampai kamu benar-benar fokus belajar ilmu agama, karena mencari kebenaran itu godaannya berat, sangat berat. Allah berfirman,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
Iblis berkata, “Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) manusia dari jalan-Mu yang lurus.” (QS. al-A’raf: 16)
Musuh terkutuk ini telah berjanji untuk selalu menghalangi kita dari setiap kebenaran dan kebaikan serta memalingkan kita darinya. Iblis dan bala tentaranya tahu betul manusia akan meraih kebaikan dengan berbekal ilmu, maka pasti dan pasti mereka akan menggoda dan menghalangi dengan sekuat tenaga. Tapi Allah berjanji menolong hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh mencari jalan kebaikan.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Ankabut: 69)
Selain kamu bergembira akan menjalankan berbagai ibadah, serius berdoa dan bertaubat, fokus berbekal ilmu sebelum beramal jadi persiapan kamu yang penuh makna menjelang bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan. Jadi jangan cuma ngurus untung rugi, ya.
Jika tulisan ini bermanfaat bagi Anda, share! jangan biarkan terhenti di Anda dan raih pahala dakwah.