SIFAT PUASA NABI ﷺ BAG.3

Ilustrasi. Sifat Puasa Nabi Bag.3 - www.elssipeduli.id

SIFAT PUASA NABI ﷺ BAG.3 (KEWAJIBAN PUASA RAMADHAN)

Setelah mengetahui keutamaan-keutamaan puasa, baik puasa secara umum maupun puasa Ramadhan, berikutnya kita akan ulas kewajiban puasa Ramadhan dengan tahapannya di artikel Sifat Puasa Nabi ﷺ bag.3 ini. Imam Ahmad meriwayatkan hadits panjang dari Mu’az bin Jabal radhiyallahu’anhu yang menceritakan bahwa ibadah shalat difardukan (diwajibkan) melalui tiga tahapan, dan ibadah puasa difardukan melalui tiga tahapan pula.

Secara ringkas tahapan shalat sebagai berikut. Ketika Nabi ﷺ di Madinah, beliau shalat menghadap Baitul Maqdis selama tujuh belas bulan, namun beliau sering menengadahkan kepala ke langit, hingga Allah memalingkan kiblat kaum muslimin ke Ka’bah di Mekkah (lihat QS. al-Baqoroh: 144).

Tahapan berikutnya, kaum muslimin berkumpul menunaikan shalat dengan cara saling mengundang satu sama lain, hingga mereka membuat kentongan untuk tujuan tersebut. Akhirnya datanglah Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbih dan Umar bin Khathab menyampaikan prihal mimpi tentang azan kepada Nabi , hingga Bilal diajarkan bagaimana mengumandangkan azan shalat fardu berjama’ah.

Tahapan ketiga, berkenaan tata cara shalat berjama’ah jika ada makmum yang tertinggal, hendaknya ia langsung masuk ke dalam barisan jama’ah, jika imam selesai dari shalatnya, baru orang tadi menyelesaikan rakaat yang tertinggal sendirian.

TAHAPAN PUASA

Adapun ringkasan tahapan puasa sebagai berikut. Ketika Nabi tiba di Madinah, beliau puasa tiga hari setiap bulannya, juga puasa ‘Asyura. Lalu Allah mewajibkan puasa tersebut, sebagaimana Qur’an surat al-Baqoroh 183.

Kemudian tahapan kedua, bagi yang ingin puasa, ia dapat puasa, puasa itu lebih baik baginya, dan yang merasa berat ia harus memberi makan orang miskin sebagai ganti puasanya, sebagaimana saat turun ayat-ayat berikutnya, yakni al-Baqoroh 184-185, saat diwajibkannya puasa Ramadhan sebagai ganti kewajiban puasa sebelumnya.

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ – فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

beberapa hari yang ditentukan (bulan Ramadhan) – maka barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya), maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.

Allah menetapkan kewajiban puasa atas orang mukim yang sehat, dan memberikan keringanan kepada orang yang sakit dan orang yang sedang bepergian, serta menetapkan memberi makan orang miskin bagi lansia yang tidak kuat lagi melakukan puasa.

Ikut partisipasi program kebaikan: Penggalangan Dana Sedekah Shubuh ELSSI Peduli

Kedua tahapan itu mulanya masih membolehkan kaum muslimin makan minum dan mendatangi istri selagi mereka belum tidur, tetapi apabila telah tidur, mereka dilarang melakukan hal tersebut. Hingga datang kepada Nabi seorang yang berpuasa dari kaum Anshar bernama Sirmah mengeluhkan keadaannya yang tertidur setelah isya, padahal ia belum berbuka, belum makan atau minum sampai keesokan harinya. Disebutkan juga bahwa Umar bin Khathab menggauli istrinya sesudah tidur, lalu beliau segera mendatangi Nabi dan menceritakan apa yang dialaminya itu, maka Allah pun menurunkan ayat QS. al-Baqoroh 187. Allah memerintahkan kaum muslimin menyempurnakan puasanya dari terbit fajar hingga tiba malam dan membolehkan mereka mencampuri istri pada malam hari bulan Ramadhan.

Imam Bukhori juga meriwayatkan tahapan puasa,

عَنْ ‌عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: كَانَ ‌عَاشُورَاءُ ‌يُصَامُ قَبْلَ رَمَضَانَ، فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ قَالَ: مَنْ شَاءَ صَامَ، وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ

Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Pada mulanya puasa ‘Asyura diwajibkan. Ketika turun wahyu yang mewajibkan puasa Ramadhan, Nabi bersabda, orang yang ingin puasa ‘Asyura boleh melakukannya dan orang yang ingin berbuka, boleh tidak puasa ‘Asyura.

SPIRIT PUASA

Allah dan Rasul-Nya memberikan targhib (spirit) untuk melakukan puasa Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan serta tingginya kedudukan puasa, jika orang yang puasa memiliki dosa seperti buih di lautan niscaya akan diampuni dengan sebab ibadah yang baik dan diberkahi ini, dengan syarat berpuasa penuh keimanan dan harapan pahala hanya dari Allah Ta’ala.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhori dan Muslim)

Ada juga riwayat al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, bahwa Jibril berkata kepada Nabi prihal seseorang yang mendapati bulan Ramadhan namun tidak mendapatkan ampunan Allah malah masuk ke neraka, pasti Allah akan menjauhinya, lalu hal itu diaminkan Nabi .

من أدرك شهر رمضان فصام نهاره وقام ليله ثم مات ولم يغفر له فدخل النار، فأبعده الله، قل آمين، فقلت آمين

Barangsiapa mendapati bulan Ramadhan, ia berpuasa pada siang harinya, mendirikan shalat pada malamnya lalu mati dan tidak mendapat ampunan Allah, malah masuk ke neraka, maka pasti Allah menjauhinya. Katakanlah (Muhammad), amin. Maka aku (nabi) pun mengatakan, amin. (HR. al-Baihaqi)

Maka hendaklah siapa saja mencari keridhaan Allah, ia bersemangat menjalankan puasa Ramadhan, bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi kebutuhan dirinya terhindar dari siksa neraka dan termasuk shiddiqin dan syuhada.

إِنَّ لِلَّهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ ‌فِي ‌شَهْرِ ‌رَمَضَانَ

Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari dan setiap malam di bulan Ramadhan. (HR. al-Haitsami, Majmu’ az-Zawaid)

Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi ,

فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَاّ اللهُ، وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ، وَأَدَّيْتُ الزَّكَاةَ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَقُمْتُهُ، فَمِمَّنْ أَنَا؟ قَالَ: “‌مِنَ ‌الصِّدِّيقِينَ ‌وَالشُّهَدَاءِ”

Ia berkata, wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bersyahadat laa ilaaha illa Allah dan sungguh engkau Rasul Allah, dan aku mengerjakan shalat lima waktu, dan aku menunaikan zakat, dan aku berpuasa Ramadhan serta menghidupkan malamnya, maka termasuk golongan apakah aku? Maka Nabi bersabda, termasuk para shiddiqin dan syuhada. (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya)

Baca juga: Sifat Puasa Nabi Bag.1

Jika tulisan ini bermanfaat bagi Anda, share! Jangan biarkan terhenti di Anda dan raih pahala dakwah.

Kategori

Yuk sedekah untuk program bermanfaat elssi peduli