THOLHAH BIN UBAIDILLAH SEORANG SYAHID YANG HIDUP

Ilustrasi. Tholhah bin Ubaidillah Syahid yang Hidup. www.elssipeduli.id

Suatu hari Tholhah bin Ubaidillah berangkat bersama sebuah rombongan kaum Quraisy dalam sebuah ekspedisi perdagangan ke Syam. Sesampainya kafilah tersebut di kota Bashrah, beberapa orang pemuka dari pedagang Quraisy tadi langsung menuju pasar yang ramai di sana untuk melakukan transaksi jual-beli.

Saat Tholhah sedang hilir-mudik di pasar yang sesak oleh orang-orang yang berdatangan dari segala penjuru, tiba-tiba ia mengalami sebuah peristiwa yang tidak hanya mengubah jalan hidupnya saja, akan tetapi merupakan sebuah berita gembira yang telah mengubah catatan sejarah seluruhnya. Tholhah bin Ubaidillah menceritakan kisahnya yang berkesan ini: “Saat kami sedang berada di pasar Basrah, tiba-tiba ada seorang Rahib berteriak menyeru manusia: “Wahai semua pedagang. Tanyakanlah kepada orang yang datang pada musim dagang ini, adakah di antara mereka salah seorang penduduk tanah Haram (Mekkah)?”

Saat itu aku berada di dekatnya, maka aku segera menanggapi dan aku berkata: “Benar, aku berasal dari penduduk tanah Haram.” Ia bertanya: “Apakah telah muncul di negeri kalian seorang yang bernama Ahmad?” Aku bertanya: “Siapakah Ahmad itu?!” Ia menjawab: “Putra Abdullah bin Abdul Muthalib. Inilah bulan di mana ia akan muncul dan dia adalah Nabi terakhir. Dia akan muncul di negeri kalian yaitu Haram, dan kemudian ia akan berhijrah ke sebuah negeri yang memiliki bebatuan berwarna hitam, banyak korma, garam dan air yang berlimpah. Jangan sampai kau kedahuluan, wahai pemuda!”

Tholhah berkata: “Ucapannya begitu berkesan di hatiku. Aku segera menghampiri untaku, dan aku letakkan semua perlengkapannya. Aku segera meninggalkan kafilah yang bersamaku untuk berangkat menuju Mekkah. Begitu aku tiba di Mekkah, aku bertanya kepada keluargaku: “Apakah ada suatu kejadian setelah kepergian kami di Mekkah ini?”

Baca Artikel Lainnya!

Mereka menjawab: “Benar, Muhammad bin Abdullah mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi. Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar) menjadi pengikutnya.” Tholhah berujar: “Aku mengenal Abu Bakar sebagai orang yang pemurah dan sopan terhadap orang lain. Kami menyukainya dan senang bergaul dengannya, karena ia memiliki banyak informasi tentang bangsa Quraisy. Aku pun berangkat menemuinya dan bertanya kepadanya: “Apakah benar apa yang dibicarakan orang bahwa Muhammad bin Abdullah diutus sebagai Nabi, dan engkau menjadi pengikutnya?” Ia menjawab: “Benar.” Kemudian ia mengisahkan kepadaku ceritanya dan ia mengajakku untuk masuk Islam bersamanya. Aku juga memberitahukan kepadanya tentang cerita Rahib, kemudian ia terkejut dan berkata: “Mari ikut denganku untuk menemui Muhammad agar engkau dapat menceritakan hal ini kepadanya, dan juga agar engkau dapat mendengar langsung apa yang ia sabdakan, dan semoga engkau akan masuk ke dalam agama Alloh.”

Tholhah berujar: “Maka akupun berangkat bersama Abu Bakar untuk menemui Muhammad dan beliau mengajakku masuk Islam.” Alloh ﷻ berkenan melapangkan dadaku untuk menerima Islam. Aku pun menceritakan kepadanya kisah Rahib Basrah. Maka terlihatlah rona keceriaan di wajah beliau. Lalu aku menyatakan keislamanku di hadapan beliau. Mulai saat itu aku menjadi orang keempat yang masuk Islam karena ajakan Abu Bakar.

Berita keislaman pemuda ini bagaikan petir menyambar yang memekakkan telinga keluarga dan kerabatnya. Salah seorang keluarganya yang paling merasa sedih akan keislamannya adalah ibunya. Ibunya berharap kepada kaumnya agar dapat memalingkan Tholhah dari Islam.

Kaumnya segera menemui Tholhah agar ia mau kembali kepada agamanya. Namun Tholhah tetap tegar dan tidak pernah berubah. Begitu mereka merasa lelah untuk membujuknya, maka mereka melakukan penyiksaan terhadap dirinya.

Mas’ud bin Kharasy berkisah: “Saat aku sedang melakukan sa’i antara Shafa dan Marwa, aku melihat ada sekelompok orang yang sedang menggiring seorang pemuda di mana kedua tangannya diikatkan ke leher. Mereka semua berlari-lari kecil di belakang pemuda tadi. Mereka mendorong punggungnya, dan memukuli kepalanya. Di belakang pemuda tadi terdapat seorang wanita tua yang terus-menerus mencaci dan berteriak kepadanya.” Aku bertanya: “Apa gerangan yang terjadi atas pemuda itu?!”

Mereka menjawab: “Ini adalah Tholhah bin Ubaidillah. Dia telah keluar dari agamanya dan menjadi pengikut seorang keturunan Bani Hasyim!” Aku bertanya lagi: “Lalu siapa wanita tua yang berada di belakangnya?” Mereka menjawab: “Dia adalah Sa’bah binti Al Hadhramy, ibu pemuda tersebut.”

Kemudian Naufal bin Khuwailid yang dikenal dengan Asad Quraisy (Singa Quraisy) mengikat Tholhah dengan seutas tambang. Naufal juga mengikat tangan Abu Bakar. Keduanya dibawa oleh Naufal untuk digiring dan diserahkan kepada orang-orang Mekkah agar keduanya disiksa seberat-beratnya. Oleh karenanya Tholhah bin Ubaidillah dan Abu Bakar dipanggil dengan Al-Qarinain (dua orang yang digiring).

Hari terus berganti, dan banyak kejadian yang telah berlalu. Sementara Tholhah bin Ubaidillah semakin dewasa hari demi hari. Perjuangannya di jalan Alloh dan Rosul-Nya semakin besar. Baktinya kepada Islam dan kaum muslimin semakin berkembang. Sehingga kaum muslimin memanggilnya dengan panggilan Al-Syahid Al-Hayy (Seorang syahid yang hidup).

Partisipasi Kebaikan, Infak Dakwah Melalui ELSSI Di Sini!

Kisah namanya ini bermula pada perang Uhud saat kaum muslimin berpencar dari barisan dan meninggalkan Rosululloh ﷺ. Saat itu Nabi ﷺ sedang menaiki sebuah gunung bersama beberapa sahabatnya, beberapa orang dari kaum musyrikin menyusul Beliau dan berniat membunuhnya. Rosululloh ﷺ bertanya: “Siapa yang mampu memukul mundur mereka semua maka ia akan menjadi temanku di surga?” Tholhah berkata: “Saya mampu, ya Rosululloh!”

Rosululloh ﷺ bersabda: “Tetaplah di tempatmu!” Seorang pria dari Anshar berkata: “Saya mampu, ya Rosululloh!” Rosululloh menjawab: “Baik. Engkau saja yang melakukannya!”. Maka orang Anshar itu pun melawan para musyrikin sampai ia gugur. Kemudian Rosululloh ﷺ masih terus menaiki gunung tersebut bersama beberapa sahabatnya, dan kaum musyrikin pun terus mengejar beliau. Rosululloh ﷺ bertanya: “Adakah seorang pria yang mampu menghadapi mereka?”. Tholhah menjawab: “Saya mampu, ya Rosululloh!” Rosululloh bersabda: “Tidak, tetaplah di tempatmu!” Seorang pria lain dari Anshar berkata: “Saya mampu melakukannya, ya Rosululloh!” Rosululloh menjawab: “Baik. Engkau saja yang melakukannya!” Kemudian pria tadi menghadang kaum musyrikin sampai ia pun terbunuh.

Peristiwa ini terjadi beberapa kali, sampai tidak ada yang tersisa menemani Rosululloh ﷺ saat itu selain Tholhah, sedangkan kaum musyrikin terus mengejar. Maka pada saat itulah Rosululloh ﷺ bersabda kepadanya: “Baiklah, saat ini engkau boleh menghadang mereka!”

Pada saat itu gigi geraham Rosululloh ﷺ telah tanggal, dahi dan bibir Beliau terluka. Darah mengalir dari wajahnya dan Beliau sudah merasa lelah. Tholhah langsung menyerang kaum musyrikin yang mengejar Nabi ﷺ sehingga ia mampu menghadang mereka untuk mengejar Rosululloh ﷺ. Kemudian ia kembali lagi menemui Nabi ﷺ sehingga ia dan Beliau naik sedikit ke arah puncak gunung, lalu menempatkan beliau di tanah. Dan ia kembali lagi menghadang kaum musyrikin. Ia terus saja melakukan hal itu sehingga dapat mencegah kaum musyrikin agar tidak mengejar Nabi ﷺ. Abu Bakar berkata: “Pada saat itu aku dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah berada jauh dari Rosululloh ﷺ. Begitu kami berjumpa dan hendak mengobati Beliau, Beliau bersabda: “Tinggalkan aku dan bantulah sahabat kalian (maksudnya adalah Tholhah)!”

Ternyata kami mendapati Tholhah sudah bersimbah darah. Di tubuhnya tidak kurang dari 70 luka pedang, tusukan tombak dan anak panah. Ia sudah kehilangan telapak tangannya dan telah terjatuh pada sebuah lubang yang tertutup. Setelah itu Rosululloh ﷺ bersabda: “Barang siapa yang ingin melihat seorang manusia yang berjalan di muka bumi dan ia telah meninggal, maka lihatlah Tholhah bin Ubaidillah!” Demikianlah kisahnya mengapa Tholhah dipanggil dengan Asy-Syahid Al-Hayy. Abu Bakar rodhiyallohu’anhu jika teringat peristiwa Uhud maka ia akan mengatakan: “Hari itu semuanya adalah milik Tholhah.”

THOLHAH BIN UBAIDILLAH SEORANG SYAHID YANG HIDUP

Disalin dari buku Ringkasan Ilmu Dasar Islam, oleh HASMI.

Kategori

Yuk sedekah untuk program bermanfaat elssi peduli